Ironi Jalan Braga & Festivalnya

Rabu, 12 Januari 2011


Sabtu Pagi(25/12) itu, kira-kira pukul 10.00 WIB, Jl. Braga tampak sepi. Sesekali terdengar gemeletuk batu andesit yang digilas kendaraan bermotor. Para pelukis menjajakan barang dagangannya seperti biasa, toko-toko yang masih meninggalkan sisa-sisa masa kejayaan belandanya beraktivitas seperti biasa.
Setelah menelusuri Jl.Braga beberapa meter, barulah terlihat ada sebuah perhelatan yang sedang digelar di sana. Yep… Braga Festival! Tidak seperti tahun lalu, Braga Festival tahun ini digelar di ruas jalan Braga aspal hingga Asia Afrika, tepatnya Gedung Merdeka.

Acara dibuka oleh Wakil Gubernur Jawa Barat, Dede Yusuf dengan memahat es atau dikenal dengan sebutan Ice Crave hingga berbentuk “BRAGAFEST”. Setelah itu, perwakilan dari Sekolah Tinggi Perhotelan Enhaii melanjutkannya dengan memahat “2010” bersamaan dengan penampilan NBC (Enhaii Bartender Club) di panggung utama depan Gedung New Majestic.

Selesai memahat es, Dede Yusuf mengelilingi stan. Hiruk pikuk orang-orang mulai dari yang membawa kamera hingga yang berpakaian noni belanda tumpah di sana. “ya… inilah Braga Festival, tak diadakan di Jl.Braga andesit seperti tahun kemarin, mungkin karena pengaruh pembanguan hotel itu, saya juga nggak tahu” ujar Tatang, seorang petugas keamanan Braga Fest yang merupakan warga asli Jl. Braga.
Saat ditanya, perasaannya mengenai keadaan Jl. Braga saat ini “ ya…saya kecewa” ungkapnya lemas tanpa penjelasan lebih lanjut.

Pada kenyataannya, pergantian jalan aspal menjadi batu andesit dan pembangunan hotel Gino Ferucci di Jl. Braga menuai protes dari masyarakat, pasalnya proyek itu mengganggu masyarakat dilihat dari segala aspek kehidupan. Dan hasilnya dapat dikatakan mengecewakan.

Lalu, ironi apalagi ditengah hiruk pikuk Braga Festival dan jalan braga yang bopeng. Kenyataannya braga kini mendekati kematian bila tidak ada langkah pasti dari para pemangku keeentingan.
Saya pun melenggang pulang sambil diiringi pelepasan sepeda sebagai simbol resmi dibukanya Braga Festival 2010. Akankah Braga kembali menjadi ikon Paris Van Java kembali? Hanya waktu yang dapat menjawabnya.