Toto-chan:Gadis Cilik di Jendela

Selasa, 18 Mei 2010

hoi!!
tanggal 17 mei kemarin kita semua merayakan "Books day" yeeei!!!^_^,
so, I wanna review a book, the excellence one,,, enjoy,
actually, this book, it's my fave...hehehe...


Sinopsis Novel “Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela,
karya Tetsuko Kuroyanagi.”

Totto-chan, gadis cilik berusia tujuh tahun memulai petualangannya di bangku sekolah setelah dikeluarkan dari sekolah lamanya. Dalam bukunya yang berjudul Totto-chan : Gadis Cilik di Jendela, Tetsuko Kuroyanagi, si gadis cilik yang telah dewasa, menceritakan kembali kisahnya sebagai penghormatan bagi kepala sekolahnya Sosaku Kobayashi. Nama yang dikenal sebagai seorang tokoh pendidikan terkemuka di Jepang.

Ibu Guru menganggap Totto-chan nakal, padahal gadis cilik itu hanya punya rasa ingin tahu yang besar. Itulah sebabnya ia gemar berdiri di depan jendela selama pelajaran berlangsung. Karena para guru sudah tak tahan lagi, akhirnya Totto chan dikeluarkan dari sekolah. Mama pun mendaftarkan Totto chan ke Tomoe Gakuen. Totto chan girang sekali, di sekolah itu para murid belajar di gerbong kereta yng dijadikan kelas. Ia bisa belajar sambil menikmati pemandangan di luar gerbong dan membayangkan sedang melakukan perjalanan. Mengasyikkan sekali kan?
Di Tomoe Gakuen, para murid juga boleh mengubah urutan pelajaran sesuai keinginan mereka. Ada yang memulai hari dengan belajar fisika, ada yang mendahulukan menggambar, ada yang ingin belajar bahasa dulu, pokoknya sesuka mereka. Karena sekolah itu begitu unik, Totto chan tidak hanya belajar fisika, berhitung, musik, bahasa, dan lain-lain di sana. Ia juga mendapatkan banyak pelajaran berharga tentang persahabatan, rasa hormat dan menghargai orang lain, serta kebebasan menjadi diri sendiri.
Tapi semuanya sangat singkat bagi Totto, ketika Tomoe, sekolahnya terbakar ditahun 1944, oleh pesawat-pesawat pembom B 29, pada saat itu Pak Kobayashi memandang gerbong-gerbong kereta api yang dijadikan kelas tersebut dengan tatapan sedih, takkan ada lagi suara tawa dan nyanyian murid-murid yang dikasihinya.
Namun bagi Tetsuko Kuroyanagi, kenangannya dengan Pak Kobayashi dan menjadi salah satu murid Tomoe Gakuen merupakan kenangan yang terindah seumur hidupnya.




Merupakan hal yang fitrah bagi manusia, untuk selalu mendambakan ‘sekolah yang bebas’. Segala pelajaran dan tugas yang dibebankan pada pelajar menyebabkan pelajar tertekan dan menghalalkan segala cara demi tercapainya nilai yang tinggi, namun aplikasi dalam kehidupan sehari-hari hanyalah nol besar.
Masa kecil dan esensi pendidikan mungkin memang berada dalam “wacana” universal yang sama sepanjang waktu dalam kehidupan manusia, namun yang terpenting dari semua itu adalah sesuatu yang dapat kita peroleh dari pendidikan tersebut untuk aplikasi kehidupan yang dapat membawa manfaat bagi orang-orang sekitar.
Seperti UNESCO yang merumuskan pendidikan sebagai penanaman kecakapan hidup (life skills) yang meliputi Kecakapan Berpikir atau Mengetahui (Learning How to Think), Kecakapan Untuk Bertindak (Learning How to Do), Kecakapan Individual Untuk Hidup (Learning How to Be), Kecakapan Untuk Belajar (Learning How to Learn), dan Kecakapan Untuk Hidup Bersama (Learning How to Live Together). Rumusan pendidikan UNESCO ini tercermin dalam kisah Totto-chan.
Di dalam novel ini, Tetsuko Kuroyanagi menuangkan semua pelajaran berharga yang ia dapat semasa kecil di ‘sekolah bebas’nya, mengenai persahabatan, menghargai orang lain, rasa hormat dan peduli serta kebebasan menjadi diri sendiri.
Meskipun pada saat itu perang dunia ke-II sedang bergejolak, namun hal itu tidak menyebabkan Totto kehilangan kesempatannya untuk ‘belajar’.
Banyak lagi potret kehidupan Tetsuko Kuroyanagi yang dapat memberikan inspirasi maupun membuka hati kita akan makna kehidupan sesungguhnya.



“Sekolah Impian dalam Gerbong Kereta”
Anak siapapun pada saat lahir selalu mempunyai sifat yang baik. Selama tumbuh ia dipengaruhi oleh keadaan sekelilingnya atau dimanjakan oleh orang dewasa. Karena itu, kita harus secepatnya menemukan ‘sifat baik ‘ ini dan kemudian memupuk atau mengembangkannya untuk menjadi manusia yang berkepribadian.

-Sosaku Kobayashi (1893-1962)-


0 komentar: